Sepanjang
sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk
persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang
lain, agama juga dapat menjadi pemicu konflik antar masyarakat beragama. Pada
bagian ini akan diuraikan sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama
khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama.
Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada
empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama. Keempat
hal tersebut yaitu:
A. Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam
bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang
menjadi penyebab dari benturan itu.
Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai
gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lainnya,
memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lainnya. Dalam skala
penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada
agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan
lawan dinilai menurut patokan itu.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan
agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi
Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok
masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang
Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam
adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi
lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu
tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan
Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat
Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang
fanatik dan malah menganut garis keras.
Karena itu, faktor perbedaan doktrin dan sikap
mental dan kelompok masyarakat Islam dan Kristen punya andil sebagai pemicu
konflik.
B. Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama
memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah
dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan
antar kelompok dalam masyarakat.
Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan
Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang
beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan
dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.
Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti:
Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk
setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat.
Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang
umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan
suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
C. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia.
Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama.
Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni
budaya tradisional dan budaya modern.
Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok
masyarakat agama Islam - Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan
antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki
budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki
budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih
berwajah budaya Barat yang mewah.
Perbedaan
budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempcdddddd
dd